Konsep
ilmu sosial yang dipahami dalam empat rangkaian asumsi yang berhubungan dengan
ontology, epistemology, sifat manusia, dan metodologi, merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan berbagai aspek di sekitar kehidupan manusia
ketika diimplementasikan dengan baik. Ilmu sosial melibatkan aspek-aspek
seperti lingkungan sekitar dalam penerapannya, masyarakat dalam
pengkomunikasiannya, masing-masing individu dari kita sendiri dalam pemahaman
dan kesadarannya, serta Tuhan sebagai dasar dari kepercayaan yang kita anut.
Lalu bagaimana hubungan dari ilmu sosial dan fenomena yang terjadi di masyarakat dengan pemahaman yang kita miliki sebagai manusia yang memiliki banyak aspek dalam kehidupan antara lain Tuhan, pribadi, sosial masyarakat, dan lingkungan? Hal yang seperti inilah yang justru menjadi dasar dari segala dasar. Dalam melakukan penelitian maupun menelaah esensi kehidupan sosial bermasyarakat, diperlukan dasar yang kuat dari dalam diri kita untuk kemudian dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar kuat apakah yang dimaksud? Hal pertama yang paling mendasar adalah hubungan dari semua itu dengan Tuhan. Segala macam realita yang terjadi tentu tak lepas dari Tuhan dan kepercayaan yang kita anut. Dalam melakukan penciptaan, modifikasi, dan penafsiran akan realita, kita sebagai manusia yang berakal tentu dituntut untuk menganalisis hal0hal tersebut secara logis dan berdasarkan pada teori-teori yang telah ditetapkan maupun yang akan kita temukan. Namun sebagai manusia yang beriman, kita juga tidak boleh melupakan nilai-nilai yang sudah menjadi kepercayaan sejak kita dilahirkan di dunia.
Menurut saya tidak boleh ada pemisahan antara segi logika dan religi. Karena jika itu dipisahkan maka sesuatu yang di luar batas pun dapat terjadi. Misal, manusia terlalu mengejar logika sampai batasnya sehingga ia melupakan nilai yang terkandung dalam ajaran agamanya, maka bisa jadi ia tidak akan lagi percaya pada Tuhannya. Jika semua orang seperti itu lalu untuk apa lagi ada agama dalam suatu kehidupan? Formalitas belaka? Maka dari itu logika tidak segalanya menjadi tuan dalam konsep pemikiran kita sebagai manusia. Relita tentu sangat tidak dapat dipisahkan dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Manusia memiliki batas untuk berpikir, jika ia telah menemukan batas itu maka janganlah memaksakan untuk mematahkan takdir yang di luar batas pemikirannya. Kembali pada awal pembicaraan, dengan alasan tersebut maka dibutuhkan dasar yang kuat dari dalam diri manusia ketika ia terjun ke dalam dunia sosial.
Begitu juga dengan aspek individu secara pribadi. Tentunya masing-masing individu memiliki prinsip-prinsip teguh yang dianut dalam kehidupannya. Hal ini juga dapat menjadi dasar ketika ia menjalankan serangkaian aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ada individu yang sangat mempertahankan prinsip dan harga dirinya, namun juga ada individu yang mudah terpengaruh dalam mempertahankan prinsipnya. Semua itu dapat diasumsikan sebagai peluang dan resiko yang akan diambil oleh masing-masing individu sebagai makhluk sosial dalm menghadapi realita ilmu sosial yang terjadi di sekitarnya. Kehidupan sosial bermasyarakat dan lingkunganpun tak dapat dipisahkan ketika kita berbicara tentang ilmu sosial. Ketika kita memiliki modal yang kuat dari dalam diri kita, tentunya kita mampu untuk terjun ke dunia sosial di sekitar. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, tentu ada resiko-resiko yang harus dihadapi. Nilai-nilai yang diterapkan dalam masyarakat dan lingkungan sekitar tidak dapat kita pisahkan dengan prinsip dan kepercayaan yang kita anut karena hal-hal tersebut adalah saling berkaitan dan tentunya sangat membantu kita dalam mensinkronisasi semua aspek yang harusnya menjadi satu tujuan yang telah kita tetapkan.
No comments:
Post a Comment